Google
 

Jalan Macet, 3G Ambulance Solusinya
Monday, October 30, 2006
DALAM sebuah percobaan gabungan bersama SingHealth iTAG (Innovative Technology Application Group) dan SingTel, tim mobile ICU milik rumah sakit KK Women’s and Children’s Hospital (KKH) menggunakan telepon genggam berteknologi 3G sebagai alat tambahan untuk perawatan pertama di lapangan. Misalnya untuk memindahkan anak yang dalam kadaan kritis ke rumah sakit. Saat ini rumah sakit di Singapura itu memang baru menggunakan teknologi ini bagi tim mobile ICU khusus pasien anak.

Layanan perawatan pasien darurat jarak jauh serupa juga telah lama dikembangkan oleh National Technical University of Athens, Yunani. Itu berkat kerja sama dengan operator Vodafone dengan sebutan 3G Ambulance.

Bagi seorang pasien, kecepatan dalam memperoleh perawatan demi keselamatan jiwanya merupakan suatu hal penting. Demikian pula bagi tim medis gawat darurat yang turun ke lapangan. Mobile ICU dan atau 3G ambulance adalah kendaraan pertama yang datang di tempat kejadian dan memberikan perawatan pertama kepada pasien. Namun, jika waktu yang diperlukan untuk menempuh perjalanan ke rumah sakit makin lama, makin tinggi pula tingkat kematian.
Di kota Atena, 17 menit adalah waktu rata-rata yang diperlukan bagi sebuah ambulan untuk mencapai rumah sakit tujuan. Kota Atena sendiri dipilih karena lalu lintas di kota ini cukup padat, sehingga diperlukan solusi untuk mempercepat waktu perawatan untuk pasien gawat darurat.

Menjamin Kenyamanan Pasien

Dengan menggunakan sistem telekomunikasi berteknologi 3G, pasien dalam kondisi kritis akan memperoleh keuntungan dengan memperoleh akses perawatan yang lebih cepat oleh dokter ahli. Lebih dari itu, mereka bahkan dapat berinteraksi dengan dokter atau konsultan yang terpisahkan oleh jarak. Karena sistem ini dipasang pada mobil ambulan, sehingga mampu menghadirkan konferensi video beresolusi tinggi antara ambulan dengan dokter atau konsultan yang berada di rumah sakit. Tim medis dapat pula mengirimkan gambar diam berkualitas tinggi serta hasil diagnosa dari perlengakapan medis yang ada. Tujuan yang ingin dicapai adalah mempersingkat waktu perawatan, meningkatkan diagnosis pengobatan, dan menekan biaya dengan mengembangkan sebuah alat medis portabel yang terintegrasi pada panggilan darurat.
Tak hanya bermanfaat untuk pihak pasien, pihak tim medis juga akan terbantu dengan penerapan sistem ini. Tim lapangan yang terdiri dari Registrar (dokter senior) dan perawat ICU, sering beroperasi dalam keadaan penuh tekanan. Mereka harus pergi ke beragam lingkungan yang tidak mereka kenal dan menentukan apakah seorang pasien siap untuk dipindah ke rumah sakit kemudian melakukan perawatan selama perjalan ke rumah sakit di dalam kendaraan mobile ICU atau ambulan. Pada saat yang sama, tim mobile ICU akan tetap melakukan kontak dengan stasiun pusat rumah sakit dimana seorang dokter perawatan intensif bertugas.
Bagi para dokter senior di rumah sakit, fasilitas ini dapat meningkatkan keamanan karena mereka dapat mengawasi berbagai langkah perawatan yang dilakukan oleh tim mobile ICU serta perkembangan pasien selama perjalanan menuju rumah sakit. Bagi tim lapangan, pengawasan yang diberikan oleh kolega senior mereka memberikan keyakinan tambahan dalam setiap tindakan.
Dulu ketika komunikasi dilakukan hanya melalui audio, seseorang hanya bisa mengandalkan pada interpretasi orang lain. Namun ketika mampu melihat sebuah gambar atau video, maka kenyataannya akan sangat berbeda

Cukup Laptop dan Camcorder

Perangkat yang dibutuhkan guna mendukung layanan ini cukup sederhana, yang utama yakni sebuah ambulan yang dilengkapi dengan peralatan sebagai berikut:

Laptop

Kamera video (camcorder) yang terhubung dengan laptop, yang mampu beroperasi pada beragam kondisi cahaya serta mampu mendukung pengambilan gambar diam beresolusi tinggi.
Sebuah modem atau telepon genggam 3G yang menghubungkan laptop dengan jaringan 3G.

Dalam laptop telah tersedia program konferensi video standar sebagai sarana komunikasi tatap muka dengan pusat layanan rumah sakit. Pusat layanan berada di rumah sakit, dimana seorang dokter atau konsultan dapat menggunakan PC standar untuk dapat terhubung dengan mobil ambulan yang sedang bergerak. Sebuah web camera terpasang di pusat layanan sehingga memungkinkan kedua belah pihak melakukan konferensi video secara timbal balik.

Video Kunjungan Virtual
Tiap orang tua dan anggota keluarga pasti akan mencemaskan kondisi ketika salah satu anggota keluarga mereka yang baru lahir dinyatakan memerlukan perawatan khusus di ruang ICU. Meski orang tua dan atau keluarga diperbolehkan menunggu buah hati mereka di rumah sakit, namun mereka tetap tidak dapat melihat dan mendekati langsung sang anak.

Untuk mengatasi beragam masalah tersebut, masih di Singapura, Departemen Pengobatan Neonatal & Developmental, Rumah Sakit Umum Singapura (SGH), memperkenalkan sebuah layanan kunjungan virtual melalui fitur tekonologi 3G kepada para orang tua yang anaknya di rawat dalam Neonatal Intensive Care Unit (NICU).

Sebagian besar bayi yang berada dalam perawatan NICU adalah bayi kelahiran prematur dengan rata-rata lama perawatan selama 2 bulan. Untuk alasan pencegahan infeksi, hanya orang tua bayi sajalah yang dapat berkunjung. Pada kasus infeksi berat, peraturan kujungan bisa lebih ketat lagi.
Melalui fasilitas kunjungan virtual, sebuah layanan yang baru diluncurkan oleh SGH dan SingTel bulan April lalu ini, para orang tua, anggota keluarga, dan para teman, kini dapat mengunjungi anggota keluarga baru mereka dari lokasi manapun melalui internet dan telepon berteknologi 3G. Penggunaan inovasi dari solusi komunikasi ini di samping mampu mentertibkan kunjungan rumah sakit, juga terbukti dapat mengurangi kecemasan para orang tua bayi yang masih dalam perawatan.

Secara teknis, sebuah kamera video dipasangkan di atas box bayi di ruang NICU. Para orang tua pun kemudian diberi user ID dan password untuk mengakses portal SingTel agar dapat melihat gambar video bayi mereka secara live. Kunjungan virtual, yang berbasiskan pada layanan eSurveillance SingTel ini, dapat dijalankan melalui Internet Protocol (IP) dan jaringan 3G SingTel, bahkan ketika orang tua berada di luar negeri sekalipun. Ketika si bayi telah dipindahkan dari ruang NICU atau dipulangkan, maka user ID dan password tidak dapat digunakan lagi.
Fasilitas ini menurut Dr. Yeo Cheo Lian, Head and Senior Consultan SGH, Department of Neonatal & Developmental Medicine, sangat bermanfaat bagi keluarga pasien. “Sangat melelahkan baik secara fisik maupun emosional bagi para orang tua untuk secara konstan berada di ruang NICU, terutama bagi orang tua dengan jam kerja yang panjang atau bahkan berada di luar negeri.” “Kunjungan virtual memberikan nilai lebih dalam kontak hubungan orang tua dan anak serta memungkinkan bagi anggota keluarga yang lain untuk memberikan kontribusi dalam proses pengambilan keputusan yang mungkin diperlukan selama masa perawatan anak dalam ruang NICU,” ujarnya.

Menurut Liam juga, akses jarak jauh tersebut memungkinkan anggota keluarga lain turut merasa menjalin hubungan dengan si bayi dan sejak awal turut terlibat dalam proses perawatan, serta memberikan dukungan kepada orang tua si bayi. “Kunjungan virtual dapat membantu seluruh keluarga untuk terlibat lebih banyak dalam perencanaan kepulangan si bayi,” tandasnya.
Melihat respon positif dari pihak orang tua bayi, pihak rumah sakit bahkan berencana untuk mengembangkan layanan ini hingga perawatan dan panduan pasca-NICU, di mana kamera ditempatkan di rumah si bayi. Terakhir dikabarkan pula, RS Tan Tock Seng di Singapura telah menandatangani kerja sama dengan pihak Nokia. Kerja sama ini kelak akan menjadikan Tan Tock Seng sebagai rumah sakit pertama di dunia yang mengembangkan teknologi bergerak (mobile) untuk seluruh sistemnya. Sistem ini antara lain menerapkan model panggilan dari pasien atau keluarga pasien ke seorang dokter selama 80 menit per hari dan 200 menit per hari untuk perawat. Paging system ini mengadopsi sistem pesan pintar (smart messaging system). Selain itu, pihak rumah sakit telah melakukan tes telepon 3G untuk memonitor seluruh jalannya perawatan pasien. Seluruh proses pengembangan ini diharapkan akan selesai dalam tiga tahun.
Secara keseluruhan, telah jelas bahwa sistem berkualitas tinggi dan murah seperti ini dapat secara efektif membantu mengurangi waktu yang diperlukan pasien untuk memperoleh perawatan rumah sakit serta membantu menyelamatkan nyawa.
 
posted by Admin at 8:37 AM | Permalink