Google
 

Saatnya Telekomunikasi Murah dan Aplikatif Dengan 3G
Saturday, October 14, 2006
Baru-baru ini, Indonesia disuguhkan layanan baru yang diyakini sebagai cikal bakal telekomunikasi masa depan, teknologi generasi ketiga (3G). Sebut saja yang sebelumnya tak mungkin. Di era 'Star Trek' ini, semua menjadi mungkin.

Melakukan percakapan layaknya bertatap muka bukan lagi suatu hal yang mustahil. Bahkan, menonton acara kesayangan saat sedang di kamar mandi pun kini bisa-bisa saja. Tapi, apakah sekadar itu yang bisa ditawarkan 3G?

Tak bisa dipungkiri, layanan telekomunikasi yang dibutuhkan ialah ketersambungan tanpa batas yang aplikatif dengan tarif murah. Pada kenyataannya, layanan telekomunikasi yang benar-benar dianggap murah lah yang akhirnya menjadi pilihan.

Sebagai teknologi yang lebih canggih dengan medium bandwidth yang lebih besar, mestinya 3G bisa menyediakan layanan komunikasi yang lebih hebat dengan tarif yang lebih murah.

Sangat disayangkan bila investasi yang begitu besar hanya bisa dinikmati oleh segelintir orang tanpa menyentuh lapisan terbawah dari masyarakat.

Memang pada awalnya, 3G ditujukan pada kalangan menengah ke atas demi mengembalikan modal besar yang telah dikeluarkan. Tapi, patut dipikirkan kembali agar teknologi ini juga bermanfaat bagi orang kecil.

Dengan kapasitas layaknya jalan tol, frekuensi dan infrastruktur yang disiapkan untuk 3G, sebagian besar porsinya bisa dimanfaatkan untuk mengakomodir layanan dasar telekomunikasi dengan jumlah sangat besar.

Logikanya, dengan beban biaya infrastruktur yang kelak tak jauh beda dari sebelumnya, dan hitung-hitung sekaligus menggantikan perangkat yang mulai usang, kapasitas jaringan 3G yang besar mestinya bisa membuat tarif yang ditawarkan jadi semakin murah. Apalagi dengan makin banyaknya pemain yang berkubang di industri itu.

Meski menawarkan tarif murah, namun operator tak perlu khawatir akan berkurangnya laba. Di sini, ada opsi skema lumbung pemasukan yang tak kalah imbang, yakni pemasukan dari layanan dasar secara masif dan murah, serta pemasukan dari sektor layanan tambahan yang bersifat futuristik, namun aplikatif dengan kebutuhan sehari-hari.

Dengan demikian, tingkat penetrasi pengguna telekomunikasi atau teledensitas juga makin bertambah, pelanggan kian terpuaskan, dan operator pun tak kalah diuntungkan.

Aplikatif

Dalam memasarkan layanan tambahan futuristik, operator harus jeli melihat potensi penetrasinya ke tiap segmen. Konten yang ditawarkan harus aplikatif. Meski tarifnya premium, namun layanan benar-benar berrmanfaat.

Dengan ketertinggalan pengimplementasian dari negara-negara lain, para penyedia layanan 3G di Indonesia sepatutnya sudah belajar akan hal itu dan diharap mampu menawarkan solusi terbaik.

Patut diingat, karakteristik orang Indonesia tak sama dengan negara lain. Pasar Indonesia sangat unik. Oleh sebab itu, kecenderungan 3G di Indonesia untuk sukses lebih positif.

Potensi serapan pasar sangat besar. Lihat saja, meski layanan belum digelar, pengguna handset 3G sudah mencapai setengah juta lebih. Artinya, untuk urusan daya beli, sebagian masyarakat Indonesia terbilang mampu.

Agar sukses dalam penjualan, kreativitas dalam menciptakan layanan yang aplikatif sudah barang tentu jadi tuntutan. Masyarakat perlu diyakinkan bahwa layanan ini benar-benar bermanfaat bagi mereka dan mudah dalam penggunaannya (entry barrier).

Bila diperhatikan, Indonesia sangat kaya akan ragam komunitas. Dari semuanya, banyak celah bisnis yang bisa digali. Salah satu komunitas yang potensial ialah komunitas Blogger, dimana jumlah Blogger di Indonesia kian banyak dari hari ke hari.

Biasanya, orang yang aktif berkecimpung di dunia Blog, sehari-harinya tak lepas dari yang namanya Internet. Coba saja buat aplikasi yang memudahkan mereka dalam beraktivitas, dengan hanya mengandalkan mediasi ponsel 3G.

Semisal saja untuk mem-posting tulisan dan gambar, memberikan komentar, dan memberi tautan ke situs atau alamat Blog yang mereka sukai, niscaya layanan 3G yang mengakomodir fitur itu akan disantap. Tentu dengan tarif yang terjangkau dan implementasi yang mudah.

Dari situ saja, antara Blogger, operator, penyedia konten, serta penyedia handset, tercipta suatu mata rantai industri. Sebuah perputaran uang serta informasi yang tidak sedikit. Bayangkan, itu dari satu komunitas saja, belum yang lainnya.

Melihat hal tersebut, potensi pasar lainnya yang bisa dibidik melalui 3G, tentu saja sesuatu hal yang bersinggungan dengan Internet. Yang pasti harus lebih menarik dan lebih mudah diaplikasikan.

Revolusi Internet

Internet mestinya jadi isu utama di layanan baru ini. Dengan angka pengguna yang terbilang minim, penetrasi Internet di Indonesia bisa digenjot melalui 3G. Tentu harus sesuai catatan awal, tarif murah.

Dengan 3G, konvergensi telekomunikasi dan teknologi informasi mestinya menemui makna yang sesungguhnya. 3G harus bisa mewakili revolusi internet, sesuai dalam jargon-jargon pariwara yang kerap ditiupkan, semisal 'Life Unlimited' serta 'Dunia dalam Genggaman'. Kini, jargon bisa berbunyi 'Internet Broadband dalam Genggaman'.

Internet broadband dengan tarif yang murah dan konten yang aplikatif hasil karya anak negeri, tentunya akan diminati dan sangat berpeluang untuk diserap pasar.

Soal konten yang ditawarkan, sebaiknya dipilih yang punya kedekatan (proximity) dengan pelanggan. Semisal, yang mengandung informasi bisnis, pendidikan, kerohanian, komersial, hiburan, serta yang menunjang pekerjaan.

Konten dan aplikasi yang ditawarkan pun harus lebih atraktif, tidak kaku, mudah diimplementasikan dan tepat guna. Banyak ragam konten yang sebenarnya potensial untuk digarap dan menawarkan suatu nuansa yang khas.

Buatlah aplikasi-aplikasi transaksi bisnis semacam mobile-commerce, mobile-banking, mobile-business, dan belanja jarak jauh (teleshopping), menjadi aplikasi yang tidak menakutkan dan mudah.

Pada sektor pendidikan, proses pengajaran jarak jauh (distance learning) dan perpustakaan online, pun cukup menarik untuk dikembangkan.

Selain itu, sektor korporasi yang punya ceruk pasar tersendiri dan berperan sebagai revenue generator yang sinergis, patut pula diperlakuan istimewa. Bila dicermati, tiap perusahaan tentunya menginginkan layanan yang mampu meningkatkan kinerja usaha dan ujung-ujungnya mengkatrol nilai pemasukan.

Jadi, tawarkanlah sesuatu aplikasi atau konten perkantoran yang punya nilai lebih. Semisal saja dengan aplikasi yang memudahkan proses otomatisasi, penyempurnaan layanan pelanggan (one-stop customer service), informasi dan data penyimpanan barang (warehouse) perusahaan yang terintegrasi, serta pelayanan swalayan (online self-care).

Sedangkan untuk fitur berbau hiburan, banyak sekali yang bisa ditawarkan. Cermati saja kebiasaan masyarakat kita yang unik. Layanan semacam nada dering, nada sambung, dan jingle-jingle lucu nampaknya masih akan merajai sektor layanan tambahan.

Kemudian, beragam aplikasi semacam SMS, MMS, serta push e-mail, juga bisa dikembangkan menjadi layanan yang lebih advance lagi. Aplikasi untuk mobile-government juga bisa ditawarkan di teknologi Internet nirkabel bergerak kecepatan tinggi ini.

Namun, perlu juga diingat, suatu layanan butuh yang namanya publikasi demi mengangkat imej. Jadi buatlah supaya layanan itu mudah diingat. Entah itu dari slogannya, mereknya, atau bahkan bisa dari kontroversi baik buruknya kualitas layanan.

Intinya, secara teknologi, 3G bisa mendistribusikan data berkapasitas besar. Dengan mengupayakan aplikasi-aplikasi bervariasi yang bermanfaat, maka akan menarik pengguna dari berbagai kalangan. Dengan kapasitas data yang besar, pengiriman aplikasi dapat dilakukan secara singkat sehingga secara asumsi bisa memangkas biaya dan menurunkan tarif.

Artinya, industri bakal menemukan titik terang. Era konvergensi telekomunikasi yang murah dan aplikatif, sudah bisa dimulai dari generasi ketiga ini.
info by detik.com
 
posted by Admin at 2:22 PM | Permalink